Ernst Vatter pernah menulis dalam
bukunya yang berjudul “ATA KIWAN” mengenai kehidupan sosial budaya masyarakat
Lamaholot khususnya Adonara. Pernyataan Ernst Vatter yang bagi saya cukup menarik untuk
direnungkan dan direflesikan bersama adalah “Adonara adalah Pulau Pembunuh.” Menilik lebih jauh soal pernyataan
ini akan mengantarkan kita pada sebuah situasi yang cukup mengerikan. Mindset
kebanyakan oranga pasti; di Adonara pasti ada pertumpahan darah, ada mayat yang
bergelimpangan, dan berbagai pemandangan mengerikan lainnya yang akan menghiasi
memori kita sebagai manusia.
Ernst Vatter
tentu tidak serta merta menyematkan julukan Adonara sebagai Pulau Pembunuh
tanpa ada kajian dan analisa yang mendalam. Sejarah perang di Adonara dari masa
ke masa, bahkan hingga saat ini masih terjadi, seolah memepertegas sematan ala
Ernst Vatter. Kita yang bukan sebagai saksi mata kejadian masa silam melalui
budaya tutur membuat kita tahu masa lampau masyarakat Adonara yang selalu
dihiasi oleh pertumpahan darah akibat peperangan antar wilayah, antar suku, dan
berbagai macam persoalan tindak kekerasan lainnya yang seharusnya oleh kita
kaum muda diresapi sebagai sebuah peristiwa kelam yang harus mungkin harus
dilewati oleh nenek moyang kita sebagai awal yang suram. Kejadian kelam masa
lampau yang terjadi di Adonara seharusnya bagi kita orang muda Adonara
dijadikan sebuah pelajaran berharga untuk menjadikan kita sebagai pribadi yang
memiliki idealisme dan memiliki keberanian untuk mengatakan bahwa yang benar
adalah benar dan salah adalah salah. Itulah salah satu nilai yang harus
dipegang teguh oleh generasi muda untuk Adonara yang lebih baik. Peristiwa
kelam Adonara tidak perlu disesali. Itulah proses yang mungkin harus dilalui
untuk mendapatkan kedaulatan dan eksistensi diri sebagai masyarakat Adonara.
Karena bagi orang Adonara, “Matayet di
koda, moripet di koda”.
Pulau pembunuh
tentu sebuah sebutan yang mengerikan terutama bagi mereka yang bukan berasal
dari Pulau Adonara. Generasi Muda
Adonara seharusnya menjadikan sematan itu sebagai cambuk untuk
menunjukan kepada orang banyak bahwa Adonara tidak sesadis seperti yang
dibayangkan. Adonara seharusnya dipublikasikan sebagai sebuah pulau yang Indah
dan nyaman untuk dikunjungi. Pemuda dan Pemudi Adonara semestinya bangga dan
sadar akan Adonara dan karenanya harus merasa bertanggung jawab penuh akan
eksistensi Adonara dimata orang banyak. Tentu, orang muda memiliki tekad yang
kuat untuk bagaimana membawa Adonara menjadi sebuah pulau yang disegani.
Disegani bukan karena julukannya sebagai pulau pembunuh, tetapi disegani karena
hal positif lainnya. Pemuda Adonara harus meningkatkan SDM-nya untuk menunjukan
kepada semua orang bahwa orang Adonara adalah orang yang patut diandalkan
secara otak bukan otot.
Sematan pulau
pembunuh karena perang yang terjadi di masa lalu dan kini sepatutnya untuk
dikesampingkan. Adonara harus tetap
menjadi pulau pembunuh, tetapi bukan menjadi pembunuh dengan menghilangkan
nyawa orang, hendaklah kita menjadi pembunuh ketidakadilan, pembunuh kezaliman,
kesewenang-wenangan, dan menjadi pembunuh egoisme yang selalu mendera generasi
muda demi Adonara yang lebih baik, mandiri, dan sejahtera penuh kesejukan dan
kedamaian.
Hendrikus Hali Atagoran
Facebook Comment